Perkembangan dunia
teknologi informasi bisa dinilai melaju sangat pesat. Meningkatnya kualitas
infrastruktur digital, membuat kita juga dipaksa untuk memahami pentingnya
keamanan informasi menyongsong era Internet
of Things [IoT] yang segalanya serba terhubung.
Memasuki era ini, mengemuka ancaman keamanan dan privasi informasi
juga bisa jadi momok menyeramkan bagi para pengguna internet. Para penjahat cyber makin besar
keleluasaan beraksinya karena penetrasi teknologi di segala aspek kehidupan
manusia, di samping meningkatnya pula teknologi berbasis cloud. Hal ini
membuat pengguna internet harus waspada dan paham akan kepentingan security system
pada perangkat yang digunakan.
“Perspektif pengguna dalam hal pertahanan keamanan terkait
pemanfaatan teknologi perlu ditingkatkan,” ujar Dhanya Takkar, Managing
Director SEA & India, Trend Micro, Rabu (20/08) pada CLOUDSEC Conference
2014 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta.
Pentingnya edukasi di bidang TI tentang keamanan bisa jadi salah
satu cara membendung ancaman-ancaman kejahatan cyber, seperti yang terjadi dalam
temuan selama tengah tahun pertama 2014 yang menunjukkan risiko tingginya
ancaman cyber,
kejadian pembobolan data, dan celah-celah kerentanan bidang digital.
Contoh jenis ancaman yang ada di dunia maya adalah munculnya tweet
berbahaya yang menumpang kejadian kecelakaan pesawat MH17 untuk mengelabui
pengguna dan membuat mereka terperangkap sehingga secara tidak sadar mereka
diarahkan untuk mengunjungi domain-domain berhaya yang mengandung malware.
Lalu ada juga Vobus,
yakni worm
berbahasa Indonesia yang mampu menggandakan diri dan menginfeksi removable drives
lalu melakukan pengunduhan malware berhaya lainnya, seperti FakeAv secara
otomatis.
Lebih lanjut Dhanya menyatakan, kejahatan cyber paling banyak
muncul dari perangkat yang sering kita gunakan, salah satunya melalui download aplikasi,
file, dan junk
url. Ditambah dengan pesatnya perangkat keseharian kita yang terkoneksi
langsung dengan internet membuat kita harus menemukan solusi keamanan dalam
industri ini.
Senada dengan Dhanya, Rik Ferguson selaku Global VP of Security
Research Trend Micro mengungkapkan, pendekatan keamanan harus segera diterapkan
dan mengimplementasikannya menjadi strategi perencanaan keamanan yang tangguh
untuk merespon berbagai bentuk insiden yang marak terjadi.
“Keamanan informasi bukan hanya sekadar menjadi hal yang yang
harus ditanggulangi tapi juga sebagai kerangka strategi jangka panjang,
mengingat kedepannya di era internet
of things akan jadi lebih massive,”
tambah Rik.
Indonesia kini berada pada kuartal dua yakni insiden kejahatan cyber mencakup
pembobolan informasi personal, layanan penjualan bahkan meningkatnya jumlah malware yang
menyasar perbankan online.
Dan hal ini pun mengancam ranah bisnis dengan terganggunya aktifitas perusahaan
karena strategi keamanan yang dirancang tidak matang.
Trend Micro merupakan perusahaan global yang telah berusia 25
tahun lebih di bidang software
keamanan yang berkomitmen tinggi dalam menciptakan dunia yang kian aman untuk
mendukung segala kegiatan bertukar informasi digital.
No comments:
Post a Comment